This is a Brave Rewards publisher verification file. Domain: ngopot.com Token: f56aa6c52b6a82e66c66d9aa78a62d5b8dfcd55a326f2e64e63e502024be1626

Type something and hit enter

author photo
By On
Pendidikan adalah salah satu hak asasi manusia yang harus diberikan kepada setiap anak. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di rumah dan lingkungan. Orang tua memiliki peran penting dalam mendidik anak-anaknya agar menjadi pribadi yang baik, bertanggung jawab, dan bermoral. Namun, sayangnya tidak semua orang tua memahami dan menjalankan peran tersebut dengan baik. Banyak orang tua yang hanya menyekolahkan anak-anaknya, tetapi tidak mau mendidik anak-anaknya. Akibatnya, banyak anak yang tumbuh menjadi pribadi yang bermasalah, seperti melakukan bullying, kekerasan, dan pelanggaran lainnya.

Foto oleh Keira Burton dari Pexel


Bullying dan Bullying Lagi

Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang atau kelompok terhadap orang lain yang lebih lemah atau berbeda. Bullying dapat berupa fisik, verbal, sosial, atau siber. Bullying dapat menimbulkan dampak negatif bagi korban, seperti stres, trauma, depresi, rendah diri, hingga bunuh diri. Bullying juga dapat merusak iklim belajar di sekolah dan mengganggu proses pendidikan.


Salah satu faktor yang memicu terjadinya bullying adalah kurangnya pengawasan dan bimbingan dari orang tua. Banyak orang tua yang tidak peduli dengan perilaku anak-anaknya di sekolah, bahkan ada yang melindungi anak-anaknya yang menjadi pelaku bullying. Hal ini bisa terjadi karena anak merasa bahwa orang tua mereka memiliki kekuasaan atau wewenang, sehingga merasa aman untuk berbuat sesuka hatinya, selain itu orang tua juga kadang merasa berhak untuk melindungi anak-anaknya dari hukuman atau sanksi yang bisa memberatkan anak-anak mereka. Berikut adalah beberapa contoh kasus bullying yang cukup viral dan melibatkan nama-nama besar orang yang ada di tanah air ini:

  • Pelaku Kasus Bullying di Binus School Merasa Berkuasa Sebab Orang Tua Ternama? Kasus perundungan alias bullying yang terjadi di Binus School Serpong hingga kini masih menjadi sorotan. Pasalnya, kasus bullying ini melibatkan nama anak artis Vincent Rompies. Hal tersebut membuat banyak warganet terkejut. Pasalnya, warganet tidak menyangka kalau anak Vincent Rompies melakukan tindakan bullying kepada juniornya. Namun, rupanya bukan hanya anak Vincent Rompies yang merupakan putra sosok ternama. Pasalnya, dari beberapa pelaku yang melakukan bullying tersebut juga ada anak anggota DPR RI dan mantan penyiar berita sekaligus pemimpin redaksi salah satu stasiun televisi, Arief Suditomo hingga dokter spesialis urologi, dr. Edwin Tobing. Hal itu lantas menjadi sorotan warganet. Pasalnya, menurut warganet para pelaku merupakan anak dari sosok ternama. Hal itu yang menjadi alasan para pelaku berani melakukan bullying atau kekerasan kepada korban. “Mentang-mentang anak pejabat , anak artis , anak yang punya stasiun tv lah ,, yg namanya bullying tetep aja harus dapet hukuman setimpal minimal korban mukul balik lah sesuai yang mereka lakuin ke korban wkwkwk ,, tolol kata gw kalo damai,” tulis akun @kepo***. “Gara-gara anak orang ternama jadi merasa besar bertindak semaunya, kurang ajar,” cuit akun @bw******. Lantas mengapa pada beberapa kasus anak sosok ternama menjadi pelaku kekerasan? Melihat fenomena tersebut, Psikolog Klinis & Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi. menjelaskan, pada dasarnya kedudukan tinggi tidak selalu mendorong seseorang melakukan kekerasan terhadap seseorang. Namun, adanya pandangan tersebut justru yang sebenarnya bisa menjadi pemicu seseorang bersikap dan berperilaku atas status yang dimilikinya. “Kedudukan yang lebih tinggi tidak serta merta mendorong seseorang untuk melakukan hal semena-mena termasuk kekerasan. Persepsi dan nilai daripada kedudukan yang lebih tinggi inilah yang mempengaruhi bagaimana seseorang kemudian bersikap dan berperilaku atas status tersebut,” ungkap Veronica saat dihubungi Suara.com, Selasa (20/2/2024). Pasalnya, kedudukan lebih tinggi sesungguhnya adalah tanggung jawab yang lebih besar. Mereka yang memiliki kedudukan tinggi itu memiliki tanggung jawab moral yang harus diembannya dalam menjalankan tugas dan perannya secara baik dan benar. Hal ini karena setiap perbuatannya memberikan dampak pengaruh terhadap orang banyak ataupun masyarakat.
  • 15 Siswa SMAN 26 Jakarta Diduga jadi Pelaku Bullying, Ini Kronologi Versi Korban vs Sekolah Lima belas siswa kelas XII di SMAN 26 Jakarta diduga menjadi pelaku bullying adik kelasnya sendiri yang masih duduk di kelas X. Dugaan bullying ini terkuak setelah salah satu korban, AF, 16 tahun, melapor ke Polres Jakarta Selatan pada Sabtu, 2 Desember 2023. AF mengaku ia dan dua rekannya dipukul para seniornya. Kronologi Bullying Versi Korban William Albert Zai, kuasa hukum AF, mengatakan perundungan pada kliennya terjadi Jumat, 1 Desember 2023. Korban awalnya dijemput seniornya menggunakan empat motor menuju rumah salah satu pelaku di Setiabudi, Jakarta Selatan. AF diperintahkan oleh seniornya untuk menjemput dua orang temannya, M dan F, yang beralamat di Taman Kodok, Tebet. Setelah itu para pelajar ini pergi ke rumah salah satu pelaku, D, yang berada di Manggarai. Di sana sudah berkumpul anak-anak kelas XII yang berjumlah 15 orang. Aksi bullying dilakukan di suatu ruangan tertutup di rumah D. Korban mata para korban ditutup menggunakan dasi oleh para pelaku. Korban M dan F dipukul perutnya secara bergantian sebanyak 10-15 kali hingga membuat keduanya menjerit. Sementara pemukulan terhadap AF berbeda dengan dua korban sebelumnya. Salah satu pelaku mengambil ancang-ancang sejauh 10 meter baru kemudian memukul perut dan kemaluan AF. “Jadi memang klien kami ini terparah. Dia karena pemain bola jadi badannya atletis dan dia diam saja tidak teriak seperti dua teman sebelumnya,” kata William saat dihubungi via telepon, Kamis, 14 Desember 2023. Selain matanya ditutup, kata William, saat pemukulan klien tangannya juga diangkat oleh pelaku lain. William menuding tidak ada perlindungan dan pendampingan dari pihak sekolah untuk para korban. “Yang ada pihak sekolah menuntut agar laporan polisinya di cabut.” Kronologi Bullying Versi Sekolah Sementara itu, Kepala sekolah SMAN 26 Jakarta Dudung Abdul Kodir mengatakan sepekan sebelum perundungan terjadi pihaknya sudah memanggil lebih dari 15 siswa yang sering nongkrong di warteg di luar sekolah untuk dibina perilakunya. Delapan di antaranya belakangan diketahui merupakan para pelaku bullying. “ Waduh saya bukan main marahnya karena dari 15 orang itu ada orang-orang yang nongkrong waktu satu minggu sebelumnya itu dan sudah buat surat pernyataan,” katanya saat ditemui di tempatnay bertugas, Selasa, 12 Desember 2023. Sebagai sanksi dari perbuatan itu, Dudung mencabut hak KJP Plus delapan siswa yang diduga menjadi pelaku bullying.

Kasus bullying (kekerasan) yang dilakukan oleh pelajar seperti di atas membuat aku jadi bertanya-tanya, apakah ketika di rumah mereka tidak mendapatkan pendidikan dari orang tuanya? apakah orang tuanya hanya mempercayakan pendidikan kepada sekolah (guru) saja sedangkan orang tua fokusnya hanya bekerja membiayai sekolah anaknya? kalau memang iya maka seharusnya bila anak-anak mereka ditegur atau dihukum oleh sekolah/guru maka orang tua jangan ikut campur atau justru membela.


Kekerasan Orang Tua/Wali Murid Terhadap Guru

Ternyata kekerasan gak melulu dilakukan oleh siswa kepada siswa, ada juga dan sering kita lihat dan dengar tentang kekerasang orang tua terhadap guru, guru yang notabene diberikan kepercayaan untuk mendidik anak-anak mereka malah justru menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh orang tua murid. 


Kekerasan terhadap guru adalah tindakan yang melukai, menyakiti, atau mengancam guru secara fisik, verbal, atau psikologis. Kekerasan terhadap guru dapat dilakukan oleh siswa, orang tua, atau pihak lain yang terkait dengan sekolah. Kekerasan terhadap guru dapat menimbulkan dampak negatif bagi guru, seperti cidera, trauma, stres, depresi, hingga meninggal dunia. Kekerasan terhadap guru juga dapat merusak hubungan antara sekolah dan masyarakat, serta mengancam kualitas pendidikan.


Salah satu faktor yang memicu terjadinya kekerasan terhadap guru adalah kurangnya penghargaan dan penghormatan terhadap profesi guru. Banyak orang tua yang tidak menghargai dan menghormati guru sebagai pihak yang berperan dalam mendidik anak-anak mereka. Banyak orang tua yang merasa lebih tahu dan lebih berhak atas anak-anak mereka, sehingga tidak terima jika anak-anak mereka mendapatkan teguran atau pembelajaran dari guru. Berikut adalah beberapa contoh kasus kekerasan orang tua wali murid terhadap guru:

  • Guru SD di Bogor Dianiaya Orang Tua Murid karena Tegur Anaknya Seorang guru SD di Bogor menjadi korban penganiayaan oleh orang tua murid. Guru tersebut bernama Siti Nurjanah, 40 tahun, yang mengajar di SDN 02 Cibinong, Bogor. Siti mengalami luka lebam di wajah dan tubuhnya akibat dianiaya oleh orang tua murid berinisial AS, 45 tahun. Kejadian bermula saat Siti menegur anak AS yang bernama R, 10 tahun, yang duduk di kelas V. Siti menegur R karena sering mengganggu teman-temannya saat belajar. Siti juga memberikan hukuman ringan berupa push up kepada R. Namun, R tidak terima dengan teguran dan hukuman tersebut, lalu melapor kepada ayahnya. AS yang mendengar laporan anaknya langsung marah dan mendatangi sekolah. AS menemui Siti di ruang guru dan langsung memukulinya tanpa banyak bicara. Siti sempat berusaha melawan, tetapi tidak berdaya. AS juga mengancam akan membunuh Siti jika masih menegur anaknya. Kasus ini kemudian dilaporkan ke polisi oleh pihak sekolah. AS ditangkap dan dijerat dengan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan dengan ancaman hukuman maksimal 2 tahun 8 bulan penjara.
  • Guru SMP di Surabaya Dibacok Orang Tua Murid karena Nilai Anaknya Buruk Seorang guru SMP di Surabaya menjadi korban pembacokan oleh orang tua murid. Guru tersebut bernama Ahmad Zaini, 45 tahun, yang mengajar matematika di SMPN 1 Surabaya. Ahmad mengalami luka bacok di kepala dan tangan akibat diserang oleh orang tua murid berinisial BS, 50 tahun. Kejadian bermula saat Ahmad memberikan nilai rapor kepada murid-muridnya. Salah satu murid Ahmad yang bernama D, 14 tahun, mendapatkan nilai matematika yang buruk. D merasa malu dan takut dengan nilai tersebut, lalu melapor kepada ibunya. BS yang mendengar laporan anaknya langsung emosi dan mendatangi sekolah. BS menemui Ahmad di ruang kelas dan langsung membacoknya dengan sebilah celurit tanpa banyak bicara. Ahmad sempat berusaha melindungi diri, tetapi tidak berhasil. BS juga mengancam akan membunuh Ahmad jika masih memberikan nilai buruk kepada anaknya. Kasus ini kemudian dilaporkan ke polisi oleh pihak sekolah. BS ditangkap dan dijerat dengan Pasal 351 KUHP jo Pasal 170 KUHP tentang penganiayaan berat dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.
  • Pada tahun 2019 lalu kita mengetahui ada seorang guru yang diketapel orang tua murid hingga buta. Ini aalah kasus yang dialami oleh Zaharman, guru olahraga di SMAN 7 Rejang Lebong, Bengkulu. Kasus ini terjadi pada tahun 2019, saat Zaharman menegur seorang siswa yang merokok di belakang sekolah. Siswa tersebut tidak terima dan melapor kepada ayahnya, yang kemudian datang ke sekolah dan menganiaya Zaharman dengan katapel. Akibatnya, mata kanan Zaharman pecah dan harus diangkat karena tidak bisa disembuhkan. Pelaku ditangkap dan dijerat dengan pasal pembunuhan. Meskipun pelaku sudah mendapatkan hukuman namun kasus seperti ini seharusnya tidak perlu terjadi, apalagi terjadi di lingkungan sekolah (pendidikan) dan dilakukan oleh orang tua terhadap guru. 

Saya sering bertanya dan diskusi dengan teman-teman guru, kenapa para orang tua yang melakukan kekerasan terhadap guru mau menyekolahkan anak-anaknya sedangkan mereka saja melakukan kekerasan terhadap guru. Kalau memang orang tua tidak mau anak-anaknya dididik oleh para guru maka janganlah mereka disekolahkan, didik saja sendiri mereka di rumah tidak perlu disekolah. Saya sering gemes bila mengetahui ada kasus kekerasan orang tua/wali murid terhadap guru gara-gara sang guru menegur seorang anak mereka.


Kalau tidak anakmu tidak mau ditegur/dihukum guru saat berbuat salah, mending jangan disekolahkan, didik saja anak-anakmu sendiri di rumah!


Dari contoh-contoh kasus di atas, dapat dilihat bahwa banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya, tetapi tidak mau mendidik anak-anaknya. Hal ini sangat disayangkan, karena orang tua seharusnya menjadi teladan dan pendidik pertama bagi anak-anaknya. Orang tua seharusnya mengajarkan anak-anaknya tentang nilai-nilai moral, etika, dan kedisiplinan, serta mengawasi dan membimbing perilaku anak-anaknya di sekolah dan di luar sekolah. Orang tua seharusnya juga menghargai dan menghormati guru sebagai pihak yang berperan dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua seharusnya tidak melindungi anak-anaknya yang menjadi pelaku bullying atau kekerasan, tetapi memberikan hukuman atau sanksi yang sesuai, serta membantu anak-anaknya untuk memperbaiki diri dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Dengan demikian, diharapkan tidak lagi terjadi pelaku bullying yang mendapatkan perlindungan dan juga tidak terjadi lagi kasus guru yang mendapatkan intimidasi atau ancaman dari orang tua wali murid. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca. Serta tidak lagi terjadi kasus bullying yang merugikan, apalagi terjadi kasus kekerasan atau intimidasi terhadap guru. Dan yang tidak boleh tertinggal adalah seharusnya ada regulasi yang jelas tentang perlindungan guru, mosok buruh saja dilindungi sedangkan guru tidak. Belum lagi organisasi profesi guru yang juga seharusnya ikut melindungi guru tapi ya gitu deh.


Sumber berita terkait:
  1. Pelaku Kasus Bullying di Binus School Merasa Berkuasa Sebab Orang Tua. https://shorturl.at/kEIQ4
  2. 15 Siswa SMAN 26 Jakarta Diduga jadi Pelaku Bullying, Ini Kronologi . https://shorturl.at/AGPY2.
  3. Kekerasan kepada Guru oleh Wali Murid dan Siswa, Ada Apa? - Tirto.ID. https://shorturl.at/jms07.
  4. Kasus Kekerasan Terhadap Guru Mengapa Terjadi? - Kemdikbud. https://urlis.net/5ja5uo5a.
  5. Wali Murid Pukul Guru: Fenomena Yang Mengkhawatirkan. https://urlis.net/gc65iqnu.
  6. Kasus Guru Diketapel Orang Tua Murid Hingga Buta, FSGI Dorong Evaluasi. https://urlis.net/8nm1drdi.
  7. Kronologi Guru di Bengkulu Dikatapel Orangtua Murid dan Kini Terancam Buta. https://urlis.net/dbm9m3jn.
  8. Buntut Kasus Bullying Siswa SD Sukabumi, Kepsek-Ortu Pelaku - detikcom. https://urlis.net/g8fmjnog.
  9. Awas! Ini Daftar Kasus Bullying Anak di Sekolah Indonesia 2023 - Tirto.ID. https://urlis.net/pats93dq.

0 comments

Barangkali ada kekurangan dari tulisan ini silahkan tambahkan di kolom komentar untuk berdiskusi.