This is a Brave Rewards publisher verification file. Domain: ngopot.com Token: f56aa6c52b6a82e66c66d9aa78a62d5b8dfcd55a326f2e64e63e502024be1626

Type something and hit enter

author photo
By On
Seperti halnya kehidupan, siapapun yang sudah terjun ke dunia pasar modal khususnya saham pasti pernah mengalami yang namanya kerugian saat berinvestasi. Entah itu karena faktor kesalahan analisa ataupun karena faktor yang tidak bisa diprediksi seperti yang terjadi di awal tahun ini yaitu pandemi korona. 

Setiap orang yang berinvestasi pasti menginginkan keuntungan yang didapatkan bukan sebaliknya yaitu kerugian. Tapi siapa yang bisa menyangka kalau ternyata keuntungan tidak bisa didapat justru kerugian yang diterima.

nyesek via unsplash
Kali ini aku mau sharing soal pengalaman investasiku yang tidak mengenakan, yaitu kerugian yang aku alami ketika investasi di awal tahun ini sebelum pandemi korona ditetapkan sebagai pandemi yang juga menyerang Indonesia. Saat ini, dan mungkin sudah 2 minggu ini sejak akhir Mei saham-saham perbankan di Indonesia mengalami lonjakan yang luar biasa. Salah satunya yaitu saham bank BRI dengan kode BBRI yang pada tanggal 18 Mei lalu mengalami penurunan terdalam di tahun ini yaitu dengan nilai terendah di 2160 persahamnya. Namun seperti halnya saham-saham bluechip lainya, BBRI memiliki potensi untuk bangkit dari keterpurukan penurunan saham. Hal ini bisa dilihat saat ini dimana BBRI bertengger di angka 3180 persahamnya. Itu merupakan kenaikan yang tinggi dalam 8 hari bursa di Indonesia, yaitu 30%an lebih. 

Tentunya kenaikan ini sudah banyak memberikan cuan bagi mereka yang memiliki saham BBRI di harga yang lebih murah. Namun tidak untuk diriku yang pada awal tahun ini beli saham BBRI di harga 4000an. Karena kalau dihitung maka aku masih rugi 30%an dari nilai saham yang aku beli.

Namun bukan itu yang membuatku nyesek, karena aku percaya kalau saham BBRI ini bakal kembali ke level 4000an lagi di tahun ini tanpa harus menunggu akhir tahun. Yang menbuat aku nyesek adalah saat BBRI turun tajam aku tidak punya duit untuk membeli lebih banyak saham ini. Andai aku punya duit cash maka semua duit casht itu aku pastikan untuk membeli saham BBRI di harga 2160 waktu itu. Namun nyatanya kenyataan berkata lain, aku tidak punya duit untuk membeli saham BBRI ini. Ada sih duit tapi bukan untuk beli saham tapi harus digunakan untuk membeli kebutuhan persalinan istriku yang pada bulan ini sudah memasuki usia kehamilan yang ke-40 minggu dan semoga saja bayi kami lahir sesuai dengan tanggal HPL yang dikatakan oleh bidan desa tempat kami memeriksakan kandungan sang istri.

Saat semua orang di grup-grup saham ataupun sekuritas pada senang karena mereka mendapatkan cuan dari saham, aku sendirian yang merasa nyesek menyimak mereka pada hepi. Mungkin saat ini bukanlah rejekiku dari BBRI, mungkin nanti rejekiku ada di ANTM atapun di PTBA ataupun mungkin juga ADRO, aku tidak tau tapi yang penting usaha dulu, urusan untung ataupun buntung itu urusan belakang karena semua akan ada waktunya. Kita hanya harus terus belajar dan bersabar dalam menginvestasikan duit kita di perusahaan-perusahaan yang bagus dan tentunya memberikan timbal hasil yang bagus juga. 

Ingat, investasi ataupun trading di saham itu high risk dan juga high profit. Asal mau terus belajar dan terus sabar mengaasah skill dan kesabaran kita untuk terus berinvestasi dan trading maka suatu hari kita akan menikmati cuan yang lebih gede dari pada cuan temen-temen grup yang sekarang sedang hepi karena BBRI. 

Teruslah semangat untuk belajar, membaca dan bersabar dalam urusan dunia perSAHAMan, karena dunia yang sedang kita geluti ini tidak semudah membalik telapak tangan tapi juga tidak sesulit memberi uang kepada saudara sekandung dari pada memberi uang ke orang lain di pinggir jalan.

0 comments

Barangkali ada kekurangan dari tulisan ini silahkan tambahkan di kolom komentar untuk berdiskusi.