This is a Brave Rewards publisher verification file. Domain: ngopot.com Token: f56aa6c52b6a82e66c66d9aa78a62d5b8dfcd55a326f2e64e63e502024be1626

Type something and hit enter

author photo
By On

Kalau tau gini jadinya mending dulu kuliah di non LPTK aja, toh tetep sama-sama bisa dan dipermudah untuk menjadi guru. Toh kata orang, kuliah di non LPTK ilmunya lebih murni, gak ilmu kependidikan. Lah wong disana kan diajarkannya gak tentang (gak untuk) mendidik (jadi guru). Jadi sudah pasti ilmunya lebih banyak dibandingkan kita ketika dikuliahkan di LPTK.
Berita yang sama soal ini bisa dibaca di m.tvonenews.tv/read.html?id=68358 

Bukan soal takut saingan sama mereka yang dari non LPTK, aku mah secara pribadi tidak pernah takut untuk bersaing mendapatkan kerja dengan mereka. Kalau aku gak jadi guru toh bukan hal yang perlu dipermasalahkan, pada dasarnya aku kuliah di jurusan yang tidak hanya mencetak guru, tapi lebih dari pada itu. Bahkan dulu salah satu dosen senior di kampusku namanya pak Kunaryo, beliau berkata "lulusan TP (teknologi pendidikan) itu sebenernya diciptakan untuk menjadi kepala sekolah", meskipun aku gak terlalu memikirkan hal itu, tapi setidaknya masih banyak lahan yang cocok buat aku yang lulusan sarjana pendidikan Teknologi Pendidikan ini. 

Coba deh baca website resmi jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang menyajikan tentang profil lulusan jurusan ini "http://teknodik.unnes.ac.id/v3/node/12". Profil lulusan itu ditulis gak sembarangan tapi berdasarkan keluaran (lulusan/alumni) yang telah bener-bener bekerja di bidang mereka masing-masing.

Yang aku sering aku pertanyakan adalah, untuk apa aku dan temen-temen dari LPTK kuliah lama-lama (4, 5, 6 tahun) karena bercita-cita jadi guru. Tapi ternyata ketika lulus jadinya seperti ini. Mbok ya kebijakan pemerintah itu yang bener-bener bijak, jangan asal caplok aja.

0 comments

Barangkali ada kekurangan dari tulisan ini silahkan tambahkan di kolom komentar untuk berdiskusi.