Kegiatan
bersepeda atau yang orang kenal dengan istilah “gowes” sekarang lagi jamannya,
hampir disemua pelosok jalan pasti ada aja orang yang sedang bersepeda, apalagi
kalau hari-hari libur seperti weekend khususnya hari minggu, kalau di
Pekalongan ditambah hari jum’at juga pasti banyak orang yang bersepeda entah
kemana. Sebenernya kegiatan bersepeda ini mulai booming lagi pada awal-awal
tahun 2000 ini setelah sekian lama fakum dan tidak terlalu tenar seperti
sekarang. Setiap kali lihat orang bersepeda menyusuri jalan, baik itu yang
landai, turunan bahkan tanjakanpun, kayaknya asik ya dan gampang banget ngayuh
sepeda begitu khususnya saat jalan menanjak. Mereka dengan santainya menanjaki
jalan dengan kayuhan sepeda dengan asik dan sepertinya tanpa beban, tapi
ternyata tidak seperti yang aku bayangkan.
Yah,
setelah sekian lama, akhirnya akupun sekarang memiliki sepeda sendiri, dulu
waktu kecil, waktu jaman sekolah dasar aku pernah punya sepeda juga dan bahkan
aku masih inget banget dulu sampai kita mbikin trek sendiri di kebun-kebun
bahkan berkeliling ke desa tetangga atau kebun orang lain yang jauh letaknya
hanya untuk menikmati asiknya bersepeda. Sebenernya sudah lama pengen punya
sepeda lagi setelah sekian lama tidak pernah bersepeda dan mungkin skill
bersepedaku jadi ilang. Nah, sekarang keturutan juga punya sepeda MTB, yah
meskipun bukan yang MTB harga mahal/bagus tapi setidaknya ini sudah MTB dan
standar internasional. Kapan-kapan boleh lah aku tulis review soal sepeda MTBku
yang baru sehari kemaren aku beli di Pekalongan.
Jadi
setelah membeli sepeda itu di Pekalongan, tepatnya di toko sepeda Prima yang
ada di jalan Progo (depan SD PIUS), memang sih rencananya tidak minta
diantarkan ke rumah, tapi langsung mau ditest drive gowes dari Pekalongan ke rumah
yang kira-kira berjarak 20km-an. Dari toko sepeda adekku yang ngebet penge test
drive duluan, ok aku persilahkan dia ngayuh sepeda baru itu dan tampaknya asik
juga bersepeda keliling kota diantara ramainya deru kendaraan bermotor apalagi
dikondisi jalanan macet karena sedang ada pawai “Panjang Jimat” dalam rangka
raingkaian acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh jama’ah Khanzus
Sholawatnya Habib Lutfi dan hari ini (Minggu, 8 Januari 2017) katanya mau
didatengi oleh pak Presiden Jokowi.
Memang
yang namanya naik sepeda itu gak secepet naik kendaraan bermotor, jadi aku yang
naik motor terpaksa harus berjalan pelan untuk mengimbangi ayuhan sepeda adekku
itu. Setelah sampai di perempatan Bendo, kita mampir beli minum di minimarket
dulu, terus aku minta untuk gantian mencoba mengayuh sepeda, apakah kuat sampai
ke rumah. Ternyata setelah dicoba untuk mengayuh pertama kali dari Pekalongan,
baru sampe di Karangdadap saja bokongku sudah mati rasa, saat adekku minta
gantian aku turun dari sepeda rasanya kayak gak bisa berdiri, kaki gemetaran
semua, tangan megang stang motor aja gemeteran. Aku pikir mungkin ini efek
karena pertama kalinya aku gowes sejauh itu, iya aku bilang jauh karena memang
sebelumnya belum pernah aku gowes dari Pekalongan sampai Karangdadap, dan jalan
yang harus ditempuh memang sedikit menanjak, apalagi itu pertama kalinya pake
MTB dan harus main dengan gigi gear sepeda yang jumlahnya 8+3.
Setelah
mencoba test drive di hari pertama, aku jadi ngambil kesimpulan, ternyata
bersepeda itu gak segampang yang orang lihat, memang butuh trik dan keahlian
tersendiri, apalagi menaiki sepeda MTB yang mengharuskan bermain dengan gigi
gear sepeda saat ditanjakan dan di jalan landai. Tapi tentu saja itu gak membuatku
kapok untuk berhenti bersepeda, kata temenku yang sudah lama bersepeda, memang
harus butuh penyesuaian dan latihan, kalau bisa rutin latihan tiap pagi dan
sore biar tau gimana sepeda itu saat di jalanan.
Hari
kedua (hari ini), aku coba bangun pagi meskipun alhasil telah seperti biasa
karena mungkin masih terbawa suasana libur panjang semester pertama kemaren.
Tapi akhirnya akupun bangun dan pagi ini mencoba untuk menyesuaikan diri dengan
sepedaku, aku coba ngayuh di jalanan sepi yang masih dekat dengan rumah dan ada
tanjakan yang tidak terlalu tinggi juga. Aku coba mainkan gigi gear sepeda, aku
coba perpaduan 2:7, kadang 3:8 atau yang lainya untuk mengetahui gigi sepeda
yang mana yang cocok untuk jalan seperti tanjakan. Karena ternyata bersepeda
menanjak itu tidak semudah yang selama ini aku kira dan aku lihat saat
orang-orang pada bersepeda. Dan meskipun tidak berkeringat banyak, tapi kaki
ini rasanya membutuhkan tenaga yang besar juga untuk mengayuh sepeda saat
menanjak apalagi saat kondisi gigi gear di posisi 3:8 atau gigi tinggi.
Jujur
aku belum berani untuk turun ke jalan raya yang ramai, karena masih belum
menguasai sepedaku dan tenaga juga belum terbiasa, nanti lah kalau sudah paham
soal shifting dan sepedaku pasti aku bakal turun gunung. Tujuan pertama si ke
Bebekan hari minggu besok, sekalian cuci mata dan bersepeda ngetes kemampuan
tenagaku, apakah aku kuat saat pulangnya, kalau berangkangkatnya si jalanan
menurun jadi bisa santai, tapi entah pas pulang, meskipun tidak terlalu
menanjak tapi aku penasaran. Tapi yang lebih membuat aku penasaran adalah
apakah aku kuat kalau berangkat kerja ke Pekalongan aku bersepeda dan begitu
juga saat pulangnya. Nah kita tunggu saja nanti saat waktunya sudah tiba dan
tenaga kayuhanku sudah mulai kuat, hehehehe.
0 comments
Barangkali ada kekurangan dari tulisan ini silahkan tambahkan di kolom komentar untuk berdiskusi.