12.12 di depan mata

Keingian yang kuat dan cita-cita kita ada di kelamuan

Waktu kecil mungkin, bukan mungkin lagi tapi pastinya kita semua memiliki mimpi dan cita-cita yang sangat amat tinggi, padahal waktu itu kita sendiri tingginya belum seberapa, bahkan menggapai buku di dalam rak buku di perpustakaan saja belum sampai. Tapi hebatnya kita waktu kecil adalah itu tadi, kita memiliki mimpi dan keinginan yang sangat hebat, mungkin dulu aku ingin menjadi pemain sepak bola karena aku lihat David Beckham dan Ronaldo yang bermain bagus di klub masing-masing. Hingga akhirnya aku memaksa orang tuaku untuk membelikan sepatu sepak bola dan juga bolanya untuk aku gunakan bermain bola dengan temen-temen di lapangan. Namun karena orang tuaku tidak memiliki uang untuk membeli itu semua jadi aku memaksa, dan cara memaksaku adalah dengan cara menangis meraung-raung hingga mungki seluruh kampung mendengar tangisanku yang keras, tapi akhirnya karena orangtuaku kasihan melihatku dan juga berkat bujukan dari tetangga dan kakek nekekku akhirnya aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan, yaitu sepasang sepatu sepak bola dan bola sepak untuk bermain dengan temen-temen di lapangan, mungkin bukan lapangan tapi jalan di tengah kebun.

Dilain hari aku melihat upacara 17 Agustus yang penuh dengan barisan tentara beserta dengan kelengkapan perang, baik itu senapan, pedang dan juga seragam yang begitu gagah dikenakan. Maka cita-citakupun berubah lagi ingin menjadi tentara, aku ingin memiliki senapan dan juga baju tentara itu, lagi-lagi aku tidak dikasih, maka nangis lagilah aku sekuat tenaga untuk mendapatkan semua yang aku inginkan, hingga akhirnya aku mendapatkan apa yang aku inginkan itu, sepasang baju tentara, senapan panjang, baret dan juga sepatu baru yang siap aku gunakan untuk bermain perang-perangan dengan temen-temen sebayaku.

Itu adalah sedikit contoh masa kecilku yang mungkin hampir semua manusia memiliki masa kecil yang berbeda-beda, dan itu tergantung pada kadar keluarga dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Tapi kita semua memiliki satu kesamaan, yaitu pada waktu kecil kita memiliki keinginan hati yang kuat untuk meraih apa yang kita inginkan itu. Hal inilah yang mungkin kini telah hilang dari diri kita, disadari atau tidak dulu kita pasti memiliki keinginan untuk memiliki sesuatu baik itu mainan, pakaian atau benda lain yang ingin dimiliki anak kecil. Sekarang benda-benda itu kita ibaratkan sebagai mimpi kita, maka waktu kecil kita memiliki kinginan yang kuat untuk meraih mimpi tersebut, bahkan dengan mati-matian menangis dan berguling-guling di tanah orang tua harus memenuhi apa yang kita inginkan waktu kita kecil dulu. Dan imbasnya bila orang tua tidak memberikan apa yang kita inginkan adalah kita memberikan rasa malu kepada orang tua kita tanpa pandang tempat, baik itu di pasar ketika kita meminta dibelikan mainan baru tapi gak dikasih, di Mall kekita minta es krim tapi kita sedang batuk sehingga orang tua kita tidak mengijinkan kita makan es krim ataupun di rumah ketika minta baju baru untuk lebaran tapi tidak dibelikan.

Ya, jadi apa yang dulu menjadi keinginan kita yang kuat kita waktu kita besar kemanakah keinginan-keinginan itu ? dulu aku memiliki cita-cita menjadi pemain bola, menjadi tentara, menjadi pilot, menjadi bos, menjadi guru, tapi entah semau cita-cita dan keinginan dan cita-cita yang menggebu-gebu itu kini hilang entah keman.  Setelah beberapa lama hidup dan beberapa kali mendapatkan pencerahan dari banyak pihak dan pengalaman, akhirnya aku tau jawaban dari pertanyaan “kemanakah keinginan-keinginan dan cita-cita besar di masa kecil kita dulu?”.

Jawabanya keinginan dan cita-cita kita dulu waktu kecil kini berada di kemaluan kita. Ya, kita sekarang telah memiliki rasa malu yang mungkin terlanjur banyak sehingga untuk melakukan hal kecil atau pun besar yang menunjang cita-cita kitapun malas dan malu untuk dikerjakan. Sekarang aku malu untuk berlatih sepak bola karena umurku sekarang sudah terlajur melewati 20 tahun, sekarang aku enggan untuk berlatih fisik lari-lari sore atau pagi karena malu dengan kondisi badanku yang kecil dan kurus kering ini, padahal dulu aku memiliki cita-cita berbadan tegap agar bisa menjadi tentara. Kita enggan untuk berusaha karena kita malu untuk gagal, malu untuk meraskan kegagalan, karena kalau kita gagal itu akibatnya adalah kita menjadi diolok-olok oleh orang lain. Sebagai contoh lagi aku ingin menjadi bos, maka aku harus berusaha menajadi pengusaha, aku butuh modal, aku jual semua yang aku miliki untuk modal usahaku, hingga usahaku berjalan beberapa bulan hingga beberapa hari kemudia aku bangkrut dan terpuruk, dan imbas yang aku dapatkan adalah orang-orang mencemooh aku yang dulu memiliki mimpi dan selalu dibilang oleh orang lain “jangan terlalu bermimpi muluk-muluk, nanti kalau bangkrut baru taru rasa kamu”. Hal-hal seperti itulah yang sekarang membuat kita berkecil kemauan untuk mendapatkan apa yang dulu waktu kecil kita inginkan.

Keinginan waktu kecil kita sekarang ada di kemaluan, kalau dulu kita waktu kecil minta dibelikan mainan terus tidak dikasih sama orang tua kita, sampe kita tega hati mempermalukan orang tua kita dengan berguling-guling di tengah pasar sambil menangis dengan keras. Tapi apakah kita sekarang berani seperti itu bila apa yang kita inginkan tidak kita dapatkan ? yang ada malah justru kita dianggap orang yang sedang pukul 8.10 menit alias orang gila.  Kemaluan untuk memulai dan gagal  lalu memulai dan gagal lagi inilah yang akhirnya menjadi panghambat kita untuk mendapatkan kesuksesan sekarang ini. Jadi karena malu itulah kita akhirnya menjadi seorang yang gampang menyerah, padahal kata-kata bijak pernah berkata “sebesar keinginamu sebesar itupula kesuksesanmu” jadi bisa dibilang kalau kita membeli iPhone pasti harganya mahal dan fiturnya lebih bagus juga tahan lama, tapi kalau kita beli hape-hape merek lowakan seperti hape Cina (bukan bermaksud menjelek-jelekkan) pasti kualitasnya lebih bagus iPhone dibandingkan hape dengan merek Crosscek, Noxiam, atau merek yang lainnya. Dan begitu juga dengan usaha, perjuangan dan pengorbanan kita, kalau kita berusaha dengan maksimal, berjuangan dengan sepenuh tenaga dan pikiran serta berkorban apa saja, pasti hasilnya adalah kesukseskan yang akan membayar kita dengan apa saja yang kita inginkan itu dapat tercapai.

Atau kalau kata temenku yang orang Madura “sebesar naufsumu sebesar itu pula kepuasanmu”, kalau nafsu kita besar pasti kepuasan yang kita dapatkan juga besar, kalau kita sangat amat kelaparan atau dahaga pasti makanan dan minum yang kita makan pun akan banyak dan lebih memberikan rasa puas dibandingkan dengan kita tidak lapar atau dahaga tapi disuruh makan banyak makanan, pasti tidak akan meraskan kepuasan.