This is a Brave Rewards publisher verification file. Domain: ngopot.com Token: f56aa6c52b6a82e66c66d9aa78a62d5b8dfcd55a326f2e64e63e502024be1626

Type something and hit enter

author photo
By On
sedikit tulisan tentang pelatihan dalam mata kuliah manajemen sistem pelatihan yang hari ini aku temen-temen dan aku presentasikan, karena terlalu sulit untuk mencari sumber jadi hanya nemu yang kayak gini, judul sebenernya dari tugas kelompok yang jadi jatah kelompokku adalah "kegunaan model pendekatan pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan" yang dengan tidak mengurangi rasa hormat sebenernya saya sendiri tidak mudeng dengan judul yang kelompok saya dapatkan, dan alhasil akhir dari tulisan makalah ini adalah seperti ini. Silahkan dibaca dan bagi yang membutuhkan materi yang sama bisa mengambil reverensi dari tulisan ini ataupun dari sumber asli tulisan ini seperti yang penulis cantumkan dalam daftar pustaka dari makalah ini.
++++++++++++++++++++++++++++++++
Pelatihan (traning) adalah salah satu kegiatan pendidikan (USPN No. 2 tahun 1989). Kini pelatihan menjadi satuan pendidikan nonformasl (USPN No. 20 tahun 2003), dan termasuk pada ilmu pendidikan praktis. Dilihat dari filsafat ilmu, pelatihan dapat dikaji dari segi ontologi, aksiologi, dan epistemologi. Pelatihan adalah upaya sadar untuk menumbuh kembangkan perubahan bagi peserta didik, lembaga penyelenggara, masyarakat dan bangsa.
Pelatihan mengandung beberapa arti. Permata, pelatihan adalah suatu proses penyampaian dan pemilikan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai. Kedua, pelatihan adalah produk (hasil) dari proses tersebu, yaitu pengetahun dan pengalaman yang diperoleh dalam pelatihan. Ketiga, pelatihan adalah kegiatan profesional yang memerlukan pengalaman khusus dan pengakuan (sertifikasi). Keempat, pelatihan adalah suatu disiplik akademik, yaitu kegiatan terorganisir unutk mempelajari proses, produk, dan profesi pelatihan dengan menggunkan kajian sejarah, filsafat, dan ilmu pengetahuan tentang manusia, atau kajian keilmuan tentang manusia yang bermasyarakat (the sience of social man).

Hakekat Dan Pengertian Pelatihan
Dari sudut pandang filsafat ilmu, pelatihan dapat memunculkan tiga pertanyaan. Pertama, dari segi ontologi, apakah yang dimaksud pelatihan ? Kedua dari tinjauan aksiologis, apakah sesungguhnya manfaat dari pelatihan ? dan ketiga, dari kajian epistemologis, bagaimana cara mengkaji dan mengembangkan pelatihan ?
Jawaban untuk pertanyaan apakah pelatihan itu ? dari pendapat para pakar pendidikan dan pelatihan terungkap bahwa pelatihan dapat dilihat berdasarkan filsafat ilmu seperti yang diungkapkan oleh para ahli, diantaranya menurut Friedman dan Yarbrough (1985),
“Training is a process used by organizations to meet theirs goals. It’s called into operation when a disprepancy is presceived between the currents situation and a perferred state of affairs. The trainer’s role is to facilitate trainee’s movement from the status quo toward the ideal. “
Pengertian di atas tersebut menunjukkan bahwa pelatihan adalah upaya pembelajaran, yang diselenggarakan oleh organisasi (instanti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan dan lain sebagainya) untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan organisasi. Suatu pelatihan dianggap berhasil apabila dapat membawa kenyataan atau performasi sumber daya manusia yang seharusnya atau yang diinginkan oleh organisasi penyelenggara pelatihan.
Departement of Employment, Glossary of training (1991), menjelaskan bahwa pelatihan adalah “the Systemic development of the attitude/knowledge/skills/behaviour pattern required by an individual to perform adequately a given task or job”. Menurut pengertian yang satu ini pelatihan adalah upaya pengembangan sistemik suatu sikap/pengetahuan/ keterampilan/ pola perilaku yang diperlukan oleh seseorang untuk memiliki kemampuan melakukan tugas atau pekerjaan dengan cepat.
George F. Kneller (1984), menjelaskan bahwa pelatihan mengandung beberapa arti. Pertama, pelatihan adalah suatu proses penyampaian dan pemilikan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai. Kedua, pelatihan adalah produk (hasil) dari proses tersebut, yaitu pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam pelatihan. Ketiga, pelatihan adalah kegiatan profesional yang memerlukan pengalaman khsus dan pengakuan (sertifikasi). Keempatan, pelatihan adalah suatu disiplin akademik, yaitu kegiatan terorganisir untuk mempelajari proses, produk, dan profesi pelatihan dengan menggunakan kajian sejara, filsafat, dan ilmu pengetahuan tentang manusia, atau kajian keilmuan tentang manusia yang bermasyarakat (the sciences of social man).
Sedangkan menurut Johnson (1976) memberikan pengertian dari pelatihan sebagai kegiatan yang disengaja untuk memecahkan masalah sumber daya manusia dan atau masalah yang dihadapi lembaga dalam upaya meningkatkan produktivitas.
Sedanngkan menurut Andrew S. Sikula (1981) memberikan batasa tentang pelatihan bahwa :
“the training is a short-term educational process utulizzing a systemic anda organized procedure by which non-managerial personnel learn technical knowledge and skills for definite purpose. Development, in referenze to staffing and personal matter, is a long term education process utilizing a systemic and organized by which managerial personnel learn conceptual and theoretical knowledge for general purpose”
Dari pengeritan diatas menyatakan bahwa pelatihan adalah suatu proses (kegiatan) pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedu sistematis dan terorganisir dimana orang-orang, selain manejer, mempelajari pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun pengembangan adalah proses (kegiatan) pendidikan jangka panjang dengan menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dalam mencapai tujuan yang bersifat umum.
Sedangkan menurut peraturan pemerintah RI nomor 71 tahun 1991 dikemukakan bahwa pelatihan (pelatihan kerja) adalah keseluruhan  kegiatan untuk memberikan, memperoleh, meningkatkan  serta mengembangkan ketermapilan, produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat ketermapilan tertentu yang pelaksanaanya lebih mengutaman praktek dari pada teori.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa tidaklah mudah dalam merumuskan definisi  pelatihan. Hal ini disebabkan oleh keragaman tipe pelatihan, sedangkan organisasi yang menyelenggarakan pelatihan bermacam ragamnya pula.

Pengembangan Sistem, Model Dan Pengelolaan Pelatihan        
Untuk membahas tentang pengembangan sistem, model dan pengelolaan pelatihan makan penulis memasukan materi ini kedalam bidang kajian epistemologis tentang pelatihan itu sendiri. Secara epistemologis, kajian tentang pelatihan dapat dilihat dalam pengambangan sistem, model dan pengelolaan pelatihan. Dari segi sistem dapat dipahami bahwa pada umumnya pelatihan memiliki masukan (input), proses dan keluaran (output).
Dilihat dari segi pengembangan model pelatihan, dewasa ini terdapat banyak model pelatihan yang dapat digunakan untuk menjadi patokan dalam penyelenggaraan pelatihan. D. Sudjana (2001), menjelaskan bahwa pelatihan merupakan upaya pembelajaran yang dikembangkan dari proses pembelajaran paling tua di dunia, yaitu magang (apprenticeship). Sedangkan untuk pengelolaan pelatihan menurut Hersey dan Blanchard (1983) mengemukakan,
“management as working together with or through other people, individuals or groups,  to accomplish organizational goals”
Dari pengertian diatas dapat diterjemahkan bahwa pengelolaan pelatihan adalah kegiatan pihak penyelenggara pelatihan bersama atau melalui orang lain, baik perorangan, maupun kelompok, dalam mencapai pelatihan dilakukan melalui fungsi-fungsi menajemen program latihan.
Pengelolaan program pelatihan menurut D. Sudjana (2004) mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
a.       perencanaan (planning)
b.      pengorganisasian (organizing)
c.       penggerakan (motivating)
d.      pembinaan (conforming), yang mempunyai sub-sub fungsi supervisi (supervising), pengawasan (controlling), dan pemantauan (monitoring)
e.       penilaian (evaluating), dan
f.       pengembangan (developing).
Keenam fungsi  tersebut berbaur dan berurutan dimulai dari perencanaan dan diakhiri dengan pengembangan.
Sedangkan bila ditinjau dari pengelolaanya, pelatihan dapat digolongkan ke dalam dua kategori yaitu ; pertama, model pelatihan yang berpusat pada kepentingan lembaga penyelenggara pelatihan. Kedua, model yang berpusat pada kepentingan peserta pelatihan dan/atau kebutuhan masyarakat. Kedua model di atas menggunakan fungsi-fungsi pengelolaan yang sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Diantara beberapa model pelatihan yang dapat penulis himpuan adalah sebagaimana diuraikan dalam buku Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif (D. Sudjana, 2001) : model pelatihan keterampilan (skills training for the job), model pengembangan strategi pelatihan, model rancangan bangun pelatihan dan evaluasi (training design and evaluation model), model pelatihan empat langkah, model pelatihan tujuh langkah, model pelatihan sembilan langkah, model pelatihan sepuluh langkah. Tapi dengan tidak dapat dipungkiri masih banyak jenis dan model pelatihan yang lain yang dapat digunakan untuk penyelenggaran pelatihan yang tentunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari pelatihan itu sendiri.
Sedangkan secara aksiologis, pelatihan dikaji dari kegunaannya bagi individu, lembaga/organisasi dan masyarakat.
  1. Kegunaan bagi individu atau peserta pelatihan adalah terjadinya peningkatan berbagai kemampuan (competencies) melalui perolehan keterampilan, pengatahuan, sikap dan nilai-nilai baru setelah mengikuti pelatihan, yang ditampilkan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan dan atau kehidupan mandiri.
  2. Kegunaan bagi lembaga/organisasi adalah tercapainya tujuan-tujuan kelembagaan sebagaimana telah direncanakan oleh lembaga/organisasi penyelenggara pelatihan. 
  3. Sedangkan kegunaan bagi masyarakat ialah timbulnya pengaruh positif dari kehadiran peserta pelatihan dan/atau lulusan program pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan partisipasinya bagi pembangunan masyarakat. Sejalan dengan hal-hal tadi, pelatihan dapat memberikan nilai-nilai ilmiah berupa konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang inovatif berdasarkan asas-asas ilmiah yaitu objektif, dan diobservasi, dapat diukur, dan berniali guna  sesuai dengan fungsi-fungsi ilmiah yaitu untuk memahami, menggambarkan, menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan upaya bagi kemajuan masyarakat, bangsa, dan tata kehidupan global (internasional). 

Faktor-Faktor Pendorong Perkembangan Pelatihan
Perkembangan dunia pelatihan dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang mengharuskan pelatihan berkembang sesuai dengan kebutuhan, zaman dan perubahan lain yang memaksa pelatihan agar berkembang dan tidak dibilang ketinggalan zaman. Adapun faktor-faktor tersebut yaitu :
  1. Faktor keharusan pengembangan berdasarkan sumber daya manusia, hal ini amat erat kaitanya dengan penyelenggaraan program pelatihan. Pengembangan sumber daya manusia itu sendiri sering dikaitkan, disamakan atau disejajarkan dengan pelatihan.
  2. Pelatihan yang merupakan suatu pendidikan nonformal dalam sistem pendidikan nasional menjadi wahana penting dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan untuk membina serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat (individu, kelompok, lembaga/organisasi, dan/atau komunitas).
  3. Lahirnya peraturan pemerintah berupa undang-undang bagi lembaga-lembaga pemerintah untuk menyelanggarakan pelatihan. Peraturan tersebut berikatan dengan upaya pemberntukan pusat pendidikan dan pelatihan di setiap lembaga pemerintahan, baik negeri ataupun non-negeri (swasta), baik daerah maupun pemerintah pusat. Surat keputusan presiden RI No. 45 tahun 1974 dan no.15 tahun 1984 tentang susunan organisasi departemen, di dalamnya termasuk pusat pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya, setiap instansi pemerintah melaksanakan peraturan pemerintah no. 14 tahun 1994 tentang pendidikan dan latihan jabatan pegawai negeri  sipil yang dilaksanakan dan dikoordinasikan dengan lembaga administrasi negara (LAN). Peraturan pemerintah no. 71 tahun 1991 tentang latihan kerja yang dilaksanakan di bawah koordinasi mentri tenaga kerja dan transmigrasi dan departemen pendidikan dan kebudayaan (sekaran Kementrian pendidikan nasional) selaku pembina pendidikan, termasuk pelatihan dan kejuruan, bagi anggota masyarakat.








Simpulan
Pelatihan adalah upaya sadar untuk menumbuh kembangkan perubahan bagi peserta didik, lembaga penyelenggara, masyarakat dan bangsa. Pelatihan mempunyai banyak definisi dan itu dipengaruhi oleh keragaman tipe pelatihan dan lembaga atau kelompok yang melaksanakan pelatihan.

Kegunaan dari pelatihan sendiri dapat digolongkan menjadi tiga kegunaan, yaitu kegunaan bagi individu, kegunaan bagi lembaga/organisasi dan kegunaan bagi masyarakat, yang mana masing-masing kegunaan dan manfaat dari pelatihan itu hampir mempunyai visi yang sama yaitu terjadinya perubahan (training for change).

Untuk mengembangkan pelatihan sendiri  perlu dilihat dari segi sistem, model dan program pengelolaan pelatihan itu sendiri. Sedangkan faktor yang mempengaruhi perkembangan pelatihan adalah ; faktor SDM, faktor pelatihan sebagai salah satu sub bidang pendidikan yaitu pendidiakn nonformal dan regulasi yang berkenaan dengan pelatihan pada suatu wilayah hukum tertentu

=================================

Daftar pustaka
Ali, Muhammad. Dkk.  (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Pedagogia Press.
Sudjana, D. (2004). Manajemen Pendidikan : Untuk Pendidikan nonFormal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Falah Production.
____________ (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Fallah Production

NB : lebih tepatnya makalah ini copy paste dari buku Ilmu dan Aplikasi Pendidikan tapi bukan soal copy pastenya  yang penting  berbagi ilmunya itu, toh saya juga menghargai penulisnya dengan mencantumkan sumber tulisan dalam daftar pustaka di akhir tulisan ini.

0 comments

Barangkali ada kekurangan dari tulisan ini silahkan tambahkan di kolom komentar untuk berdiskusi.