This is a Brave Rewards publisher verification file. Domain: ngopot.com Token: f56aa6c52b6a82e66c66d9aa78a62d5b8dfcd55a326f2e64e63e502024be1626

Type something and hit enter

author photo
By On
Aku lupa kapan pastinya aku pernah membaca berita atau tulisan di internet yang judulnya "Indonesia Darurat Petani". Nah, semalam baca berita di instagramnya CNCBIndonesia yang memberitakan bahwa pada tahun 2019 kemarin impor sayur Indonesia menyentuh angka US$ 770,04juta dengan total berat 770 ribu ton. Itu baru sayur aja, ya mungkin saja semua jenis sayur diimpor dari Cina sana. 


Pada alinea berikutnya adalah impor bawang putih sepanjang tahun 2019 adalah 465,34 ribu ton atau senilai US$ 529,97 juta. 






Impor lagi… impor lagi… -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia masih banyak mengimpor bawang putih dan sayuran dari China. -- Berdasarkan data BPS, impor sayuran pada Desember 2019 mencapai 136,32 ribu ton. Realisasi impor tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 93,04 juta atau sebesar 90,83 ribu ton. -- Sementara itu, untuk periode keseluruhan impor sayuran pada 2019 tercatat US$ 770,14 juta dengan berat total sebesar 770 ribu ton. -- Impor sayuran secara keseluruhan ini meningkat dibandingkan 2018 yang sebesar US$ 738,37 juta dengan berat total 905,1 ribu ton. -- Selain sayuran, Indonesia juga dibanjiri bawang putih dari China. -- Sepanjang tahun 2019, realisasi impor bawang putih sebesar 465,34 ribu ton atau senilai US$ 529,97 juta. -- -- -- -- -- #china #impor #impordarichina #sayuran #bawangputih
Sebuah kiriman dibagikan oleh CNBC Indonesia (@cnbcindonesia) pada


Itu baru impor sayur dan bawang putih dari Cina, sedangkan kita semua tau bahwa banyak buah-buahan dan sayuran pula yang diimpor dari luar negeri semisal dari negara tetangga kita Thailand.  Jadi jangan heran kalau semakin ke depan, kelak negara kita ini makin banyak mengimpor hasil pertanian dari negara lain. Padahal semua orang Indonesia tau kalau hasil bumi Indonesia terutama tanaman sayur-mayur itu luar biasa banyaknya. Hampir di setiap daerah berhawa dingin pasti disana selalu tumbuh subur sayuran ataupun buah-buahan. Misal saja di daerah Dieng (Jawa Tengah) sana, sekali-kali yang belum pernah ke Dieng silahkan buka gugel dan cari lokasinya lalu pergilah kesana bersama keluarga kalian. Kalian akan disuguhi pemandangan alam yang sangat luar biasa. Hampir setiap perjalan kalian akan melihat perkebunan milik para penduduk lokal yang menanam berbagai jenis sayur-sayuran. Mulai dari kol, sawi, tomat, bahkan cabe (lombok) juga ada. 

Sumber gambar : pioneer.com
Itu baru satu di daerah Dieng yang masuk ke daerah Banjarnegara dan juga Wonosobo. Belum lagi kalau kalian ke daerah Jawa Timur, lebih tepatnya di daerah Kota Batu deket Malang saya. Pasti kalian sudah tau apa hasil bumi yang paling terkenal disana. Iya bener, apel adalah hasil bumi yang paling terkenal dari daerah Batu. Tapi kenyataanya gak cuma apel yang ada di pasar oleh-oleh kalau kalian mampir beli oleh2 di daerah Batu. Ada alpukat, mangga, jeruk dan masih banyak lagi buah-buahan yang dijual disana. Itu artinya hasil pertanian di Indonesia tidak kalah dengan hasil pertanian di Cina ataupun Thailand. 

Lalu, kenapa kok Indonesia masih saja mengimport hasil pertanian dari luar negeri. Tentu saja sebagain salah satu bentuk kerja sama dengan pihak luar negeri dalam hal perdagangan ataupun pertanian. Tapi jangan heran deh kalau import hasil pertanian dan perternakan makin banyak. 

Gak usah ngeluh kenapa seperti itu. Bisa jadi itu semua karena hasil ternak dan pertanian di Indonesia tidak bisa mencukupi semua kebutuhan penduduk Indonesia. Kenapa tidak cukup ? bisa jadi karena semakin sedikitnya petani di jaman yang serba smartphone ini.

Sekarang masih adakah diantara pembaca semua yang masih mau menjadi seorang petani yang rela panas-panasan di ladang atau sawah demi mendapatkan hasil tani yang bagus kemudian di jual. Belum lagi harga pupuk ataupun kebutuhan pertanian yang semakin sulit untuk didapat. Lebih sengsara lagi, sekarang banyak sawah dan lahan pertanian yang berubah menjadi pabrik dan kavling untuk perumahan-perumahan penduduk. Bisa jadi sebentar lagi kita tidak lagi melihat hijaunya tanaman padi di sawah, namun melihat tingginya gedung-gedung dan bangunan pabrik serta rumah-rumah untuk menjadi tempat tinggal.

Jadi jangan heran deh kenapa kok sekarang makin banyak hasil pertanian impor dari luar negeri. Ya alasanan bisa jadi karena itu semua.  Apalagi kalau pemeritahnya tidak memihak kepada petani yang ada, terutama petani kecil yang berusaha menghidupi keluarganya dengan hasil pertanian mereka. Jadi jangan harap Indonesia bisa makmur kalo petani kecil saja tidak diperhatikan dan selalu yang kena paling pertama kebijakan pemerintahnya. 

Aku bisa jamin, kelak pekerjaan yang paling dicari adalah petani, karena sekarang petani semakin sedikti dan generasi muda tidak ada lagi yang mau terjun ke sawah atapun ladang untuk bertani, untuk menanam padi, sayur ataupun buah-buahan. Beberapa tahun ke depan, entah berapa lama lagi, petapi layaknya manusia yang mahal harganya, karena hasil pertanian semakin sedikit dan petaninya tidak ada generasi penerusnya. 

Hidup petani, semoga petani-petani kecil makin makmur hidupnya, aaamiin.

0 comments

Barangkali ada kekurangan dari tulisan ini silahkan tambahkan di kolom komentar untuk berdiskusi.