This is a Brave Rewards publisher verification file. Domain: ngopot.com Token: f56aa6c52b6a82e66c66d9aa78a62d5b8dfcd55a326f2e64e63e502024be1626

Type something and hit enter

author photo
By On
Memang dalam segala sesuatu itu ada saatnya kita merasa jenuh dan bosan melakukan hal yang sudah biasa kita lakukan itu. Termasuk melakukan pekerjaan ataupun hobi yang notabene kita suka dan gemari. Jangankan pekerjaan dan hobi, kadang kita juga merasa bosan dan jenuh makan setiap hari dengan nasi putih. Saat rasa bosan dan jenuh makan nasi putih maka otak kitapun berfikir dan mencari solusi atau jalan keluar makanan apa yang bisa kita makan saat jenuh dengan nasi putih. Opsi pilihan seperti makan nasi goreng, mie, ataupun roti adalah beberapa jalan keluar yang terpikirkan di otak saat merasa jenuh dengan makan nasi.

Ok, sekarang kita lupakan soal makan nasi putih dan fokus ke satu hal yang sesuai dengan judul di tulisan ini, yaitu kenapa aku males melihat portofolio saham.

ilustrasi via unsplash
Sudah sejak awal bulan maret ini harga saham yang ada di portofolio terus merosot dan merah merona. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami penurunan yang luar biasa dalam dari harga enam ribuan sekarang malah di posisi empat ribuan.

Sebenernya bukan penurunan harga saham yang membuatku males melihat portofolio, tapi satu hal yaitu tidak adanya duit di RDN (Rekening Dana Nasabah) yang ada di portofolioku. Itulah satu-satunya hal yang sangat membuatku malas untuk membuka dan melihat portofolioku. Sementara itu di banyak sekali media elektronik yang aku baca selalu memberikan motivasi dan wejangan dalam rangka menghadapi keadaan pasar saham yang sedang memerah ini. Entah itu motivasi dari kata-kata Le Kheng Hong atapun dari Warren Buffet yang sudah terkenal.

Sebenernya bukan motivasi dan nasehat seperti itu yang aku butuhkan tapi duit yang banyak untuk terus memborong disaat harga saham sedang banyak diskon seperti sekarang ini. Bayangkan saja, saat harga saham jatuh dalam seperti sekarang ini tapi aku tidak memiliki duit untuk membeli saham itu rasanya nyesek banget. Rasanya pengen nanges tapi kok ya aneh, karena menangisi apa yang tidak ada dan hanya jadi khayalan belaka.

Memang benar sih apa kata LKH ataupun WB kalau saat ini adalah saat-saat yang tepat untuk membeli di saat yang lain sedang takut dan menjual semua saham mereka. Tapi sekali lagi, aku tidak punya duit untuk membeli saham-saham itu. Aku tidak seperti LKH atuapun WB yang duitnya ada terus dan portofolio mereka sudah miliaran. Belum lagi para direktur dan manejer di perusahaan yang sahamnya di jual di pasar saham. Bagi mereka ini adalah saatnya buyback saham-saham perusahaan mereka dari tangan investor ritel dengan harga murah dengan alasan buyback. Memang bagi yang merasa sudah nyerah buyback adalah saat yang tepat untuk melepas saham tapi bagi perusahaan juga inilah saat tepat banget untuk memiliki lagi saham yang sudah beredar di tangan para investor, terutama investor ritel. Akupun sepemikiran dengan para menejer atuapun direktur perusahaan-perusahaan ini kalau ini adalah saat yang tepat untuk membeli saham-saham perusahaan bagus dengan harga super murah. Bayangkan saja, itu harga saham ASTRA dikisaran tigaribu rupiah, BRI di harga tigaribu rupiah juga, belum saham lain yang tadinya mahal sekarang semuanya murah.

Tapi sayang aku tidak punya duit untuk memborong banyak saham murah. Jangankan memborong, membeli beberapa lot saja aku tidak mampu karena aku tidak punya duit untuk dialokasikan disitu.

Mungkin bukan aku saja yang berpikir seperti ini, aku yakin banyak investor ritel yang duitnya terbatas dan senasib dengan aku. Apa yang harus aku dan investor ritel senasib lain lakukan saat tidak punya duit sementara harga saham semakin murah adalah bersabar semoga saja gajian besok dapat bonus dua kali lipat sehingga bisa beli saham-saham harga murah. Agar tidak perlu menggadaikan kendaraan untuk membeli saham yang sedang murah ini. 

1 comments:

Barangkali ada kekurangan dari tulisan ini silahkan tambahkan di kolom komentar untuk berdiskusi.